Saturday, October 3, 2009

Anak dengan Kesulitan Belajar...

Jangan pernah memberikan stempel “anak bodoh” jika si kecil tertinggal pelajaran di sekolah. Bisa jadi, ia menderita kesulitan belajar. Tapi tak perlu cemas, karena sejumlah pesohor dunia ternyata penderita kesulitan belajar sejak kecil.

Si upik sudah duduk di kelas 3 SD, tetapi kenapa ya, dibandingkan teman-teman sekelasnya, dia belum lancar membaca? Bahkan untuk membedakan antar huruf B dan D saja tidak bisa. Ya, keluhan yang dialami upik bukan tidak mungkin terjadi pada anak anda. Jika demikian, bukan tidak mungkin Si Upik mengalami kesulitan belajar atau Learning Disability (LD).

Menurut psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, Psi, kesulitan belajar merupakan hambatan atu gangguan belajar pada anak atau remaja yang ditandai adanya kesenjangan yang siginifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai.

Hal ini disebabkan gangguan di dalam sisitem syaraf pusat otak (gangguan neurobiologis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti perkembangan membaca (disleksia), menulis (disgrhafia), pemahaman, dan berhitung (diskalkulia).

Apakah anak yang mengalami kesulitan belajar atau LD berarti kecerdasannya kurang? Tidak. “paling tidak kecerdasan mereka normal. Anak yang kecerdasannya kurang biasanya diberbagai aspek dia memang kurang. Sedangkan pada kasus LD, dia hanya kurang atau lemah di salah satu aspek sedangkan aspek lainnya, bagus.

Meskipun begitu, jika tidak ditangani dengan benar, kesulitan belajar atau LD akan menimbulkan berbagai bentuk gangguan emosional (psikiatrik) yang akan berdampak buruk bagi perkembangan kualitas hidup penderita LD di kemudian hari.

Tahukah anda, anak yang mengalami LD bukan berarti nantinya tidak bisa menoreh prestasi. Albert Einstein, john F Kennedy, Mozart, John Lenon, Cher, Slama Hayek, Keira knightley dan Tom Cruise adalah beberapa public figure yang mengalami disleksia.

Misalnya Tom Cruise. Aktor Hollywood ini mungkin lemah membaca tetapi pemahaman aktingnya bagus dan terbukti bisa menjadi aktor yang hebat.

Berikut ini beeberap saran yang bisa dilakukan bagi orang tua yang anaknya mengalami salah satu gangguan Learning Disability.

Bawa ke Psikolog. Psikolog-lah yang mnentukan si anak menderita LD atau idak. Karena bisa jadi metode belajarlah yang jadi penyebab. Semisal, anak selalu dimarahi saat belajar sehingga dia jadi malas belajar memabaca dan menulis.

Belajar menyenangkan. Melalui cara belajar yang menyenagkan, sedikit demi sedikit anak akan bisa. Turunkan juga target belajarnya agar anak tak terlalu stress.

Beri dorongan. Jangan sampe si anak merasa rendah diri. Artinya, jangan sampe ketidakmampuannya dalam membaca atau menulis diumbar ke orang lain. Beri dorongan supaya dia bisa dan mau belajar.

Terapi bersama. Pemberian terapi okupasi dapat dilakukan bila orang tua maupun guru pengajar mulai merasa kesulitan untuk memberikan penanganan bagi anak yang mengalami LD. Diperlukan kerjasama antara okupasi terapis, orang tua dan guru.

Tak perlu kelas khusus. Anak LD tidak harus masuk kelas khusus kerena kemampan mereka relative sama dengan anak-anak yang lain. Kalau memungkinkan mereka tetap berada di kelas dengan teman-teman mereka, tetapi pendekatannya lebih special. Semisal, jika kesulitan membaca sebaiknya dibacaka secara lisan, atau ada teman yang membantu. Jika ditempatkan di sekolah khusus, kemampuan-kemampuan lainnya malah jadi tidak berkembang.

Kemampuan lain. Dorong dan kembangkan kemampuan anak yang menonjol di bidang lain. Jangan sampai gara-gara tidak bisa baca masa depan anak jadi hancur total.

Tuesday, September 8, 2009

Deteksi Dini Down Syndrome

Down Sindrome Adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom.

Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan yakni terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21).

Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down.

Dahulu penyakit ini diberi nama Mongoloid karena penderita penyakit ini mempunyai gejala klinik yang khas, yaitu wajahnya mirip bangsa Mongol, denga mata sipit membujur ke atas.

Tetapi pemerintah Mongol keberatan dengan istilah ini dan mengajukan keberatan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Akhirnya Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali syndrome ini dengan istilah Down Syndrome dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.

Gejala atau tanda-tanda yang muncul akibat Down syndrome dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas.

Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar.

Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds).

Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics).

Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim organ yang lain.

Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang maka sering juga dikenal dengan Mongoloid.

Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease. kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan cepat.

Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esophagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah.

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan Down syndrome atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down syndrome lebih tinggi.

Saturday, September 5, 2009

Bagaimana Konsentrasi Anak Anda…???

Seringkali orang tua maupun lingkungan disekitarnya menyalahkan seorang anak yang tidak bisa menyelesaikan suatu pekerjaannya karena ketidakmampuan anak dalam mentuntaskan pekerjaan tersebut. Padahal tidak semua penyebab tidak terselesaikannya suatu pekerjaan bagi anak adalah murni karena ketidak mampuan anak. ada factor utama yang membuat anak ataupun orang dewasa sekaligus mampu atau tidak mampu menyelasaikan tugas yang diberikan padanya, factor itu adalah “konsentrasi”.



Konsentrasi merupakan kemampuan focus mata dan perhatian dalam beberapa rentang waktu. Rentang Atensi atau lamanya waktu yang digunakan anak untuk menekuni suatu kegiatan dapat diamati sesuai usia. Rata-rata rentang atensi adalah :
usia 2 tahun selama 7 menit
usia 3
tahun selama 9 menit
usia 4
tahun selama 12 menit
usia 5 tahu
n selama 14 menit
Kemampuan memusatkan perhatian berbeda-beda.
Makin berkembang anak makin mampu menseleksi stimulus yang ada dan makin mampu memusatkan perhatian.


Ketika anak tidak mampu mnyelesaikan tugas adakalanya orang tua maupun guru sebaiknya mengetahui kemampuan konsentrasi anak tersebut.


Anak yang memiliki ketidak-mampuan untuk memfokuskan perhatiannya mereka adalah anak yang memiliki gangguan konsentrasi.


Gangguan konsentrasi bukan merupakan penyakit tetapi merupakan gejala atau suatu manifestasi penyimpangan perkembangan anak. Gangguan konsentrasi atau inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang, dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain. Kualitas penampilan gangguan konsentrasi bisa yang ringan hingga berat Kualitas konsentrasi atau pola perhatian anak terhadap suatu hal terbagi menjadi beberapa klasifikasi.


Kelompok yang paling berat adalah over exclusif dimana seorang anak hanya terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya tanpa mempedulikan hal lain secara ekstrem. Misalnya pada bayi yang sedang memperhatikan kancing bajunya dan tidak mempedulikan rangsangan lain, pola ini disebut autis.


Kelompok dengan derajat ringan terjadi fokus perhatian anak mudah teralihkan. Perhatian hanya mampu bertahan beberapa saat saja oleh suatu rangsangan lain yang lebih adekuat. Hal ini dinamakan kesulitan perhatian atau attention deficit hyperactivity disorder.


Kondisi normal adalah pola yang paling baik karena anak mampu memperhatikan sesuatu dan mengalihkannya terhadap yang lain pada saat yang tepat tanpa kehilangan daya konsentrasi, pola ini merupakan pola normal perkembangan mental anak secara matang.

Friday, August 28, 2009

Anak Berkebutuhan Khusus, Apa Haknya?

Anak terlahir di dunia dengan membawa keunikan masing-masing. Anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya dan berbeda-beda pula antara anak yang satu dengan anak yang lain. Menjadi anak yang terlahir normal adalah dambaan bagi semua orang tua dan merupakan anugerah terindah dari Tuhan. Lantas, bagaimana dengan anak yang terlahir sebagai anak abnormal?

Hampir semua lapisan masyarakat memandang sebelah mata terhadap keberadaan anak abnormal. Anak abnormal biasanya disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yaitu anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental, ketidak mampuan belajar atau gangguan atensi, gangguan emosional atau perilaku, hambatan fisik, komunikasi, autisme, traumatic brain injury, hambatan pendengaran, hambatan penglihatan, dan anak-anak yang memiliki bakat khusus. Mereka adalah anak dengan kondisi Autisme, Cerebral palsy, Retardasi mental, ADHD atau hiperaktif, Down Syndrome, kesulitan belajar dan anak berbakat.

Ada
beberapa penyebab yang menjadi factor penyetus ABK, faktor dari dalam dan faktor dari luar.

Faktor dari dalam adalah faktor keturunan. Biasanya pabila ada anggota keluarga yang mengalami gangguan pada tumbuh kembangnya akan melahirkan keturunan yang mempunyai gangguan serupa pula.

Sedangkan faktor dari luar salah satunya adalah maternal malnutrisi (malnutrisi pada ibu), ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang tidak menjaga pola makan yang sehat, keracunan logam berat ataupun karena polusi dari lingkungan di sekitarnya. Hal tersebut bisa memicu kerusakan pada plasma inti, kerusakan otak pada waktu kelahiran serta gangguan otak. Lingkungan dan kebudayaan juga akan memberikan pengaruh yang cukup besar terutama pada anak yang dibesarkan di lingkungan yang buruk, sebagai contoh kasus abusive, dimana anak memberikan sebuah penolakan karena adanya stimulasi yang ekstrem dari lingkungan.

Hingga saat ini jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia terus meningkat jumlahnya. Pada Hari Autis Sedunia yang jatuh pada 8 April lalu diketahui bahwa prevalensi anak berkebutuhan khusus saat ini mencapai 10 anak dari 100 anak. Berdasarkan data ini menunjukkan 10 persen populasi anak-anak adalah anak berkebutuhan khusus dan mereka harus mendapatkan pelayanan khusus.

Saat ini pula di Indonesia pelayanan khusus bagi anak berkebutuhan khusus sendiri hanya bisa dilakukan di SLB, padahal menurut doter ahli kejiwaan kepala Divisi Psikiatri Anak Departemen psikiatri FKUI/Rs CM, Dr Ika Widyawati Sp KJ (K) mengatakan bahwa anak yang perlu penanganan khusus tidak harus belajar di sekolah khusus, mereka bisa saja disekolahkan di sekolah umum bersama anak normal lainnya. Sekolah umum inilah yang mulai dikenal dengan sekolah inklusi.
Sekolah inklusi adalah sekolah umum yang menerima anak berkebutuhan khusus dengan pemberian tambahan terapi sesuai dengan kebutuhan anak tersebut. Ini dapat dilakukan oleh wali kelas, psikolog, okupasi terapi, terapi wicara ataupun orthopedagog. semua profesi tersebut mempunyai program terapi yang berbeda-beda. Tetapi semuanya akan menghasilkan hasil yang optimal apabila ada kerjasama antara pihak sekolah dengan wali murid.

Semoga dengan hadirnya sekolah-sekolah inklusi di Indonesia memberikan harapan dan kepastian masa depan bagi anak berkebutuhan khusus dan kelarganya yang selama ini masih terpinggirkan. Amien…

Saturday, August 22, 2009

Pendidikan Usia Dini, Perlukah...???

Pada masa kolonial belanda, pendidikan merupakan kegiatan yang langka dan hanya dapat dilakukan oleh orang – orang tertentu yang mendapatkan kepercayaan atau kekuasaan dari pemerintah belanda. Bagi masyarakat pribumi, mengecap pendidikan di bangku sekolah adalah hal yang sangat istimewa karena tidak semua pribumi mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan dibangku sekolah. Inilah yang membuat tokoh nasional Ki Hajar Dewantara berjuang agar pendidikan dapat dirasakan oleh semua orang di Indonesia. Hingga sekarang hasil dari perjuangan beliaulah yang menghantarkan semua masyarakat Indonesia dari berbagai lapisan berhak merasakan pendidikan di bangku sekolah.

Indonesia menerapkan pendidikan melalui program wajib belajar 9 tahun, dimulai dengan pendidikan pada bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Lanjutan. Usia 7 tahun merupakan usia yang telah ditentukan oleh dinas pendidikan untuk memulai pendidikan di bangku Sekolah Dasar. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan untuk menentukan usia tersebut diantaranya adalah kematangan dari perkembangan motorik (motrik kasar dan halus) hingga kematangan secara psikisnya. Tetapi apakah benar bahwa pendidikan baru akan dimulai pada usia menginjak 7 tahun?

Manusia terlahir di dunia lengkap dengan pemberian akal oleh Tuhan, pembeda dari mahluk ciptaan-NYA yang lain. Akal digunaka manusia untuk menjadi pembelajar pada setiap fase kehidupan. Akal pula yang menentukan tingkat kecerdasan pada setiap orangnya, karena pada hakikatnya setiap orang mempunyai kadar kecerdasan yang berbeda-beda. Kecerdasan tersebut akan mengalami perkembangan yang luar biasa pada usia balita.

Para ahli mengatakan bahwa perkembangan kecerdasan pada usia 0-4 tahun mencapai 50%, pada usia 4-8 tahun mencapai 80%, pada usia 8-18 tahun mencapai 100%. Demikian pula dengan pertumbuhan fisik otaknya, pada saat lahir otak bayi telah mengalami pertumbuhan otak sebesar 25% ukuran orang dewasa, usia 18 bulan mencapai 50%, usia 6 tahun mencapai 90% dan pada usia 18 tahun mencapai 100%. Bahkan menurut Glenn Doman dalam bukunya “How to teach Your baby to Read” otak anak yang separuhnya telah dilakukan pembedahan Hemispherectomy (membuang separuh fisik otaknya) mampu mempunyai kemampuan otak yang sama dengan anak yang otaknya utuh.

Oleh sebab itulah pada periode usia 0 hingga 6 tahun disebut sebagai periode emas karena seorang anak mengalami pertumbuhan, perkembangan dan proses pembelajaran yang lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan periode lain dalam hidupnya. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari dimana anak dapat mengahafal iklan-iklan yang ditayangkan oleh media elektronik, mereka juga mampu ‘nyeletuk’ sementara kita berbicara dengan orang lain atau ketika mereka sedang asyik bermain, anak juga bisa mengingat dengan baik sehingga dapat menyerap informasi dalam jumlah yang lebih besar. Untuk itu kita harus percaya bahwa anak-anak memiliki kemampuan belajar yang tak tertandingi, termasuk dalam keterampilan membaca dan matematika.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk memaksimalkan kemampuan anaknya :

Pertama, tanamkan pola pikir kita bahwa untuk anak-anak BELAJAR = BERMAIN = BELAJAR karena para orang tua adalah pembuat keramik dan anak-anak adalah tanah liatnya (Winifred Sackville stoner (natural education)).

Kedua, ciptakan inovasi-inovasi baru untuk meminimalkan tingkat kebosanan anak dalam mengenal hal-hal baru. Ketiga, jangan memaksa anak untuk mengenal sesuatu yang baru, tetapi buatlah suasana bergembira agar anak tidak merasakan keterpaksaan ketika mengenal hal baru.

Ketiga, jangan lupa untuk memberikan reward berupa pelukan hangat atau menunjukkan kebahagiaan dan kegembiraan dengan nyata sehingga anak akan merasakan/memahami bahwa kegiatan yang telah dilakukan membuat papa/mama gembira.

Ulasan diatas memberikan gambaran bahwa perkembangan otak pada periode emas anak dapat memberikan hasil pembelajaran yang luar biasa bila ada kerjasama antara orang tua dengan anaknya serta lingkungan disekitarnya. Sehingga sangat disayangkan apabila peiode emas hanya dilalui tanpa ada pembelajaran yang maksimal bagi anak karena orang tua masih beranggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai pada usia 7 tahun dimana anak telah siap untuk mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Wahai orang tua, marilah kita bersama-sama berjuang untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak kita cikal bakal penerus bangsa sabagai perwujudan harapan Ki Hajar Dewantara dahulu.

Wednesday, August 12, 2009

Era Digital bagi Anak...

Anak-anak kita hidup di era digital, berbagai media elektronik dan media cetak sangat mudah untuk diakses bagi anak, ada televisi 24 jam dengan cahnnel nasional dan internasional, ada internet yang bisa dikoneksikan di rumah ataupun warnet, ada play station dan game online yang siap dikunjungi 24 jam dan lain sebagainya. Tapi sayang tidak sedikit dari media-media tersebut mengandung unsur pornografi yang tersembunyi ataupun yang secara terang-terangan. Oleh sebab itu sebagai orang tua sebaiknya melakukan pendampingan atau pengontrolan ketika anak sedang berhadapan dengan media elektronika.


Mengapa pada anak lebih menyenangi games yang ada di play station ataupun game online dan anak akan betah duduk berjam-jam di depan layer. Mark griffiths dari nottingham trent university memberikan gambaran tentang games abad 21, diantaranya : pemain bisa memilih karakter apa saja yang diinginkannya (sekalipun tidak ada di dunia nyata), gambar yang dihasilkna lebih realistis, memerlukan ketrampilan yang kompleks dan cekatan yang tinggi (lebih menantang). Akibatnya ketika anak dapat menjadi pemain maka anak akan memperoleh kepuasan psikologis (dibandingkan tahun ’80-an) dan tingkat kecanduan yang lebih besar, ini bisa di cek bila anak bermain games 15 jam/minggu maka anak akan mengalami kecanduan pathologis.



Sedangkan dampak negatif games bagi fisik anak adalah : RSI (Repetitive Strain Injury) dimana anak akan mengalami peradangan pada jari tangan karena posisi jari tangan yang stagnan, selain itu anak akan mengalami nyeri tulang belakang karena posisi duduk yang menetap. Pada akhirnya, RSI bisa berkembang menjadi kecacatan. Sinar biru akan megikis lutein pada retina mata yang dapat mengakibatkan degenerasi makula. Nintendo epilepsi adanya serangan mendadak pada permainan di games yang ditimbulkan oleh kilatan cahaya dengan pola tertentu atau sinar merah kuat yang akan dikirim ke otak melalui retina mata yang akan menyebabkan kejang pada anak yang sedang bermain games atau anak yang sedang duduk menonton di sebelahnya. Menurut Prof. Graham Harding, ada empat permainan yang banyak memicu epilepsi adalah : Mega Man X, Super Mario Sunshine, Metroid Prime, Mario kart : Double Dash (http://www.aston.ac.uk/about/news/release/2004/april/040423.jsp).



Sebenarnya apa yang MEREKA inginkan terjadi pada anak-anak kita? Pertama, anak adalah pasar masa depan (future market) dan pecandu pornografi sumur hidup. Kedua, anak dan remaja kita memiliki mental model porno yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja. Ketiga, kerusakan otak permanent (visual crack cocain). Adapun ciri-ciri anak yang telah kecanduan pornografi antara lain: mudah haus dan tenggorokan kering, sering minum, sering buang air kecil, sering berkhayal, sulit konsentrasi, sering bermain PS dan internet dalam waktu yang lama, prestasi akademis menurun, hanya bermain dengan teman atau kelompok yang “itu-itu” saja, berperilaku aneh seperti: kancing baju sampai atas, rambut gondrong, dan lain-lain.



Dalam hal ini peran orang tua sangatlah penting, tidak sedikit orang tua yang lalai dalam memantau perkembangan anaknya ataupun hanya pasrah dengan keterlibatan anak yang cukup jauh dalam mengenal media elektonik. Mengetahui dan memahami tahapan perkembangan anak adalah kunci utama dalam mendidik anak. disamping itu ada pula factor lain yang dapat dilakukan bagi orang tua antara lain : mempunyai waktu yang cukup dengan anak (gaya hidup yang padat lahir batin), mengajarkan agama dan mengontrol penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, tanggap terhadap perkembangan teknologi sehingga dapat menyaring program-program yang sesuai dengan usia ank, serta tidak lupa untuk berkomunikasi yang baik dan benar dengan anak dan remaja. Demikian pula ketika anak benar-benar telah kecanduan dengan aneka program menarik di internet maka sebagai orang tua sebaiknya mengetahui situs-situs pemblokir diantaranya : www.familyconnect.com, www.netnanny.com, www.surfwatch.com, www.wizguard.com, www.csm-usa.com/product/proxy, www.cyberpatrol.com, www.akrontech.com,

Thursday, August 6, 2009

Anak Anda Hiperaktif...

ketika seorang anak berlarian kesana - kemari, tidak mau duduk tenang, naik turun tangga dengan cara yang aneh, selalu mempunyai cara alternatif lain ketika memainkan suatu permainan, mengkomandoi teman - temannya untuk melakukan kegiatan yang terkadang cukup berbahaya dan lain sebagainya. maka, apa yang akan menjadi ungkapan pertama seorang ibu terhadapa anaknya "aduh, anakku kok ya nakal banget!!". berulang kali sang ibu akan kerepotan menghentikan kegiatan yang dilakukan anaknya. dan berulang kali pula sang ibu akan bercerita tentang tingkah polah anaknya yang dianggap sebagai kenakalan masa kanak-kanak. untuk menghentikan kenakalan mereka tidak jarang sang ibu akan menghardik, membentak bahkan memukul badan anak.
kurang sabarkah sang ibu atau tingkah polah anak yang berlebihan?

Wednesday, August 5, 2009

Cara Efektif Bermain Bagi Anak

Pada periode umur 0 hingga 6 tahun seorang anak mengalami pertumbuhan, perkembangan dan proses pembelajaran yang lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan periode laindalam hidupnya. Periode ini merupakan periode emas yang sangat berharga ketrempilan-ketrampilan yang akan digunakan dalam kehidupan selanjutnya. Periode ini juga merupakan periode kritis dalam hidup seorang anak sebab semua pengalaman dan kesempatan eksplorasi yang dimiliki tersebut akan menjadi bagian yang penting dan mendasar bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.

Hal penting bagi orang tua sebelum memberikan stimulasi lewat permainan kepada seseorang anak adalah mengetahui kebutuhan dan perilaku khusus atau spesifik dari anak. Kebutuhan dasar anak meliputi:

Pertama, kebutuhan untuk merasa dicintai. Ini merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia. Anak akan merasa dicintai saat orang tuanya memeluk dan membelainya, tersenyum dan berbicara dengannya, memperhatikan apa yang dikatakan atau dilakukannya.

Kedua, kebutuhan untuk mengekspresikan perasaan dan dimengerti orang lain. Menangis, tersenyum, berteriak, tertawa merupakan pengungkapan ekspresi paling mengerti emosinya, maka si anak akan terbuka dalam mengekspresikan perasaannya secara tepat tanpa menyakiti orang lain atau dirinya sendiri.

Ketiga, kebutuhan untuk merasa dimiliki dan diterima. Memberikan benda-benda yang bertuliskan namanya, memanggil dan mnyebut namanya, mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan kelompok, merupakan cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan kepercayaan diri dan perasaan diterima dari seseorang anak. Penerimaan orang tua terhadap kelebihan atau kemampuan anak akan menjadikan anak dapat menerima dirinya sendiri apa adanya.

Keempat, kebutuhan untuk merasa aman dan bebas dari ketakutan. Saat orang tua memberikan kenyamanan yang diperlukan ketika ia terluka, melindungi dari kemarahan teman-temannya atau mengantarkan ke toilet ketika ia ingin buang air, semuanya itu membuat ia merasa aman.

Kelima, kebutuhan untuk merasakan kemandirian. Kepercayaan orang tua ketika anak melakukan suatu hal seperti memakai baju sendiri, makan sendiri, akan memberikan stimulasi kemandirian anak. Jika orang tua menunjukkan penghargaan terhadap hasil pekerjaannya maka kepercayaan diri serta kemandirian anak akan lebih berkembang.

Keenam, kebutuhan akan kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya. Jika orang tua memberikan kesempatan, dorongan dan penilaian yang positif, maka anak akan melakukan eksplorasi dengan gembira.

Ketujuh, kebutuhan untuk merasakan keberhasilan. Memberikan kegiatan yang mudah sehingga anak berhasil melakukannya akan membangun kepercayaan diri dan identitas diri anak.

Kedelapan, kebutuhan untuk memiliki konsep diri yang baik. Jika seorang anak merasa dicintai dan diterima, didengarkan dan dimengerti, merasakan keamanan dan keberhasilan dalam mengerjakan sesuatu yang diinginkannya, maka ia akan mengembangkan perasaan identitas yang baik terhadap dirinya sendiri.

Setelah kebutuhan anak terpenuhi, ada beberapa strategi yang dapat digunakan agar suatu permainan menjadi efektif, antara lain : pemberian berbagai macam stimulasi yang bervariasi, memberi kesempatan pada anak untuk menggunakan semua fungsi indera dalam mendorong anak untuk bereksplorasi dan menggunakan permainan dengan tepat. Ketika anak berekplorasi ada baiknya orang tua memperhatikan beberapa strategi pergerakan dalam permainan.

Pertama, penempatan suatu mainan yang sesuai dengan pergerakan anak, misalnya untuk mendorong anak belajar meraih mainan, tempatkan mainan di depan anak.


Kedua, tipe suatu permainan yang akan mempengaruhi pergerakan, misalnya lempar tangkap bola akan menstimulasi koordinasi mata dan tangan.

Ketiga, penataan ruangan ketika anak sedang bermain, ruang yang luas dapat mendorong anak bebas bergerak.

Keempat, memecah tahapan permainan kompleks menjadi tahapan-tahapan yang lebih sedrhana.

Kelima, mengajarkan tiap tahapan gerakan dengan urutan yang tepat. Hindari mengajarkan beberapa tahapan sekaligus.

Keenam, jadilah model bagi anak dalam melakukan aktifitas karena anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tua.

Ketujuh, bergeraklah bersama dengan anak sehingga ia dapat merasakan gerakan-gerakan tersebut.

Kedelapan, menggunakan tehnik verbal sesuai dengan hasil permainan yang dilakukan anak. Memberi komentar dengan bahasa yang mudah dipahami anak tetapi bukan kritik atau menyalahkan. Memberi penghargaan dan pujian saat anak melakukan suatu permainan.

Demokrasi Ala Anak

Tanggal 9 april 2009 yang lalu telah dilaksanakan pemilihan umum dengan pencontrengan nama wakil-wakil rakyat yang duduk di DPRD tingkat II, DPRD tingkat I, DPD serta DPR. Masa kampanye telah dilakukan calon- calon anggota legislatif dengan berbagai macam cara mulai dari pemasangan gambar-gambar di setiap sudut pemberhentian kendaraan, kegiatan-kegiatan sosial, hingga konvoi kendaraan bermotor. Tidak jarang para orang tua akan mengikutsertakan anak-anaknya untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Padahal peraturan dari KPU telah melarang adanya keterlibatan anak dalam kegiatan kepartaian dengan alasan belum mempunyai hak pilih dalam pemilu, tapi pernahkah terlintas dalam pikiran para orang tua bagaimana efektivitas bagi anak ketika dilibatkan dalam acara-acara pengumpulan massa?

Tidak sedikit orang tua yang melibatkan anaknya untuk berpartisipasi dalam kampanye dengan alasan karena orang tua ingin mengenalkan suasana demokrasi pada si anak. Padahal bila dikaji lebih lanjut maka akan terdapat perbedaan antara seorang anak dan orang dewasa dalam menerima respon dari lingkungan. Secara anatomi tubuh seorang anak tidak akan berbeda dengan orang dewasa tetapi secara fungsional tubuh seorang anak akan berbeda dengan orang dewasa termasuk kemampuan inderanya. Salah satu contohnya kemampuan telinga bagi anak diatas usia 6 tahun dan orang dewasa adalah 10 – 26 dB. Bagi anak-anak dibawah usia 6 tahun batas telinga normal adalah dibawah 20 dB. Padahal dalam konvoi kendaraan bermotor suara knalpot yang meraung-raung akan menghasilkan suara diatas 30 dB, bila pada orang dewasa suara tersebut masih dapat ditoleransi oleh telinga karena merupakan ambang batas pendengaran dalam kategori sedang. Lalu bagaimana bila suara-suara knalpot itu didengarkan oleh seorang anak dalam jangka waktu tertentu?

Tentunya secara tidak langsung suara-suara tersebut akan menyebabkan hendaya atau penurunan fungsi pendengaran telinga pada anak.
Secara psikologis bila
seorang anak dilibatkan pada acara orang dewasa secara tidak langsung akan memberi pembelajaran pada anak tentang perilaku yang dilakukan oleh orang dewasa termasuk orang tuanya sendiri. Tidak menutup kemungkinan anak tersebut akan melakukan hal yang telah dilihatnya dikemudian hari, karena telah direkam dalam memori anak bahwa hal yang telah dilakukan oleh orang dewasa sah-sah saja atau boleh dilakukan oleh sang anak. Mari kita menganalisa bila seorang anak dilibatkan pada acara massa seperti kampanye terbuka partai politik yang di dalamnya terdapat hiburan oleh penyanyi diiringi dengan joget ala goyang gergaji atau goyang patah-patah, dan kemudian bila terjadi senggolan antar partisipan partai akan terjadi adu mulut atau adu otot. Apa yang tersimpan dalam ingatan anak tersebut?

Pertama, anak akan meniru gerakan tarian yang telah dilakukan oleh penyanyi tersebut dalam lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat.
Kedua, anak akan mencoba berpakaian ala penyanyi dan akan menghafalkan lagu-lagu yang telah dinyanyikan oleh penyanyi tersebut, padahal kebanyaka
n anak sendiri tidak mengetahui arti dari lagu tersebut.
Ketiga, bisa jadi anak akan menyelesaikan masalahnya dengan adu mulut atau adu otot karena terinspirasi oleh prilaku orang dewasa pada acara tersebut. ulasan ini dapat memberikan gambaran bahwa suasana kampanye akan memberikan efek yang kurang baik pada anak.

Lantas, demokrasi bagaimanakah yang sesuai bagi anak?


Menurut teori psikologi perkembangan (piaget), sejak usia 2 tahun disamping mengalami perkembangan sensori motoriknya anak juga akan mengalami perkembangan kognitif termasuk didalamnya perkembangan proses berfikir. Anak juga akan belajar untuk mengemukakan keinginannya dan bersosialisasi. Perkembangan ini akan terus berkelanjutan pada usia sekolah, remaja hingga dewasa. Ketika orang tua memfasilitasi anak untuk belajar mengutarakan keinginannya melakukan suatu aktifitas atau memiliki suatu benda maka sebenarnya itu adalah awal diberlakukannya system demokrasi bagi anak.

Sebagai contohnya ketika anak usia sekolah menyampaikan keinginannya kepada orang tua untuk memili
ki baju baru, kemudian orang tua akan mengajak anak menuju toko untuk membeli baju dan orang tua bertanya “baju warna apa yang mau dipilih, nak?” maka anak akan menjawab “ayah, aku mau baju warna merah” sang ayah menimpali “oke, baju warna merah boleh diambil” sang anak akan menimpali pula “makasih ayah, aku akan merawat bajunya”. Dari petikan tanya jawab diatas kita dapat menyimpulkan bahwa sang ayah telah menerapkan system demokrasi bagi anak, dengan memberikan kebebasan bagi anak untuk menyampaikan pendapatnya, memilih sesuai dengan keinginannya dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.

Hal ini dapat pula diawali dalam lingkup lingkungan yang terkecil yaitu keluarga.
Dalam lingkungan yang lebih luas, system demokrasi juga dapat dilakukan oleh anak di lingkungan sekolahnya ataupun lingkungan bermainnya. Sebagai contohnya pemilihan ketua kelas di sekolah, seorang wali kelas akan bertanya pada murid-murid di kelasnya siapa saja yang mau mencalonkan diri atau ditunjuk menjadi calon ketua kelas. Para murid akan mengusulkan beberapa nama yang akan menjadi calon ketua kelas. Selanjutnya sang wali kelas akan menuliskan nama-nama calon ketua kelas di papan tulis dan dilakukan voting atas nama-nama tersebut. Pada akhirnya, siapapun yang mengantongi suara paling banyak dari hasil voting tersebut maka dialah yang berhak menjadi ketua kelas. Ini adalah contoh nyata penerapan demokrasi bagi anak sejak usia dini.

Beberapa contoh diatas merupakan aplikasi langsung system demokrasi, karena pada dasarnya system demokrasi tersebut adalah dari kita oleh kita dan untuk kita. Dan ternyata penerapan demokrasi yang telah dilakukan oleh anak-anak jauh lebih aman dan terkendali dibandingkan dengan yang telah dilakukan oleh orang-orang dewasa yang merasa paham apa yang dimaksud dengan system demokrasi. oleh karena itu marilah kita bersama-sama memberikan contoh yang baik tentang demokrasi bagi anak-anak dimana kelak akan menjadi pelaku utama demokrasi negara ini dikemudian hari.

  © Blogger template 'Soft' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP