Pendidikan Usia Dini, Perlukah...???
Pada masa kolonial belanda, pendidikan merupakan kegiatan yang langka dan hanya dapat dilakukan oleh orang – orang tertentu yang mendapatkan kepercayaan atau kekuasaan dari pemerintah belanda. Bagi masyarakat pribumi, mengecap pendidikan di bangku sekolah adalah hal yang sangat istimewa karena tidak semua pribumi mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan dibangku sekolah. Inilah yang membuat tokoh nasional Ki Hajar Dewantara berjuang agar pendidikan dapat dirasakan oleh semua orang di Indonesia. Hingga sekarang hasil dari perjuangan beliaulah yang menghantarkan semua masyarakat Indonesia dari berbagai lapisan berhak merasakan pendidikan di bangku sekolah.
Indonesia menerapkan pendidikan melalui program wajib belajar 9 tahun, dimulai dengan pendidikan pada bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Lanjutan. Usia 7 tahun merupakan usia yang telah ditentukan oleh dinas pendidikan untuk memulai pendidikan di bangku Sekolah Dasar. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan untuk menentukan usia tersebut diantaranya adalah kematangan dari perkembangan motorik (motrik kasar dan halus) hingga kematangan secara psikisnya. Tetapi apakah benar bahwa pendidikan baru akan dimulai pada usia menginjak 7 tahun?
Manusia terlahir di dunia lengkap dengan pemberian akal oleh Tuhan, pembeda dari mahluk ciptaan-NYA yang lain. Akal digunaka manusia untuk menjadi pembelajar pada setiap fase kehidupan. Akal pula yang menentukan tingkat kecerdasan pada setiap orangnya, karena pada hakikatnya setiap orang mempunyai kadar kecerdasan yang berbeda-beda. Kecerdasan tersebut akan mengalami perkembangan yang luar biasa pada usia balita.
Para ahli mengatakan bahwa perkembangan kecerdasan pada usia 0-4 tahun mencapai 50%, pada usia 4-8 tahun mencapai 80%, pada usia 8-18 tahun mencapai 100%. Demikian pula dengan pertumbuhan fisik otaknya, pada saat lahir otak bayi telah mengalami pertumbuhan otak sebesar 25% ukuran orang dewasa, usia 18 bulan mencapai 50%, usia 6 tahun mencapai 90% dan pada usia 18 tahun mencapai 100%. Bahkan menurut Glenn Doman dalam bukunya “How to teach Your baby to Read” otak anak yang separuhnya telah dilakukan pembedahan Hemispherectomy (membuang separuh fisik otaknya) mampu mempunyai kemampuan otak yang sama dengan anak yang otaknya utuh.
Oleh sebab itulah pada periode usia 0 hingga 6 tahun disebut sebagai periode emas karena seorang anak mengalami pertumbuhan, perkembangan dan proses pembelajaran yang lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan periode lain dalam hidupnya. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari dimana anak dapat mengahafal iklan-iklan yang ditayangkan oleh media elektronik, mereka juga mampu ‘nyeletuk’ sementara kita berbicara dengan orang lain atau ketika mereka sedang asyik bermain, anak juga bisa mengingat dengan baik sehingga dapat menyerap informasi dalam jumlah yang lebih besar. Untuk itu kita harus percaya bahwa anak-anak memiliki kemampuan belajar yang tak tertandingi, termasuk dalam keterampilan membaca dan matematika.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk memaksimalkan kemampuan anaknya :
Pertama, tanamkan pola pikir kita bahwa untuk anak-anak BELAJAR = BERMAIN = BELAJAR karena para orang tua adalah pembuat keramik dan anak-anak adalah tanah liatnya (Winifred Sackville stoner (natural education)).
Kedua, ciptakan inovasi-inovasi baru untuk meminimalkan tingkat kebosanan anak dalam mengenal hal-hal baru. Ketiga, jangan memaksa anak untuk mengenal sesuatu yang baru, tetapi buatlah suasana bergembira agar anak tidak merasakan keterpaksaan ketika mengenal hal baru.
Ketiga, jangan lupa untuk memberikan reward berupa pelukan hangat atau menunjukkan kebahagiaan dan kegembiraan dengan nyata sehingga anak akan merasakan/memahami bahwa kegiatan yang telah dilakukan membuat papa/mama gembira.
Ulasan diatas memberikan gambaran bahwa perkembangan otak pada periode emas anak dapat memberikan hasil pembelajaran yang luar biasa bila ada kerjasama antara orang tua dengan anaknya serta lingkungan disekitarnya. Sehingga sangat disayangkan apabila peiode emas hanya dilalui tanpa ada pembelajaran yang maksimal bagi anak karena orang tua masih beranggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai pada usia 7 tahun dimana anak telah siap untuk mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Wahai orang tua, marilah kita bersama-sama berjuang untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak kita cikal bakal penerus bangsa sabagai perwujudan harapan Ki Hajar Dewantara dahulu.
0 comments:
Post a Comment